kedua pertanyaan diatas telah terjawab pada kuliah psikologi konseling pertemuan ke-2 yang dijelaskan oleh dosen pengampu kami Bambang Suryadi Ph. D.
ya manusia memang membutuhkan konseling, simple, karena memang manusia tidak dapat hidup sendirian (makhluk sosial).
mengapa? ada beberapa perspektif yang akan menjawab pertanyaan ini. yang pertama adalah dari perspektof psikologi, bahwasannya manusia itu unik. unik dalam artian antara manusia satu dengan yang lain mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam pemecahan masalah, dalam berpikir dan lain-lain. oleh karena itu manusia membutuhkan konseling untuk memecahkan msalahnya dengan cara yang lain, yang orang lain pernah lalui.
alasan selanjutnya adalah aktifitas manusia yang dinamis, selalu berubah-ubah, dan selalu berdatangan. oleh karena itu ketika manusia menghadapi aktifitas yang over dan mendapatkan permasalahan bagaimana cara pemecahannya, maka disitulah manusia membutuhkan konseling.
lalu alasan selanjutnya adalah manusia itu sendiri yang membutuhkan akan bimbingan/konseling. seperti contoh anak usia pubertas yang rawan akan kenakalan remaja, oleh karena itu bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.
bagaimana perspektif islam menjawab dua pertanyaan diatas, here we go!!
fitrah dan nafs. fitrah berasal dari bahasa arab yang berarti suci, sesuai dengan hadis nabi Muhammad SAW:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu-bapaknyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi”.
fitrah, artinya manusia dalam usia 4 bulan dikandungan, sudah ditiupkan ruh, dan potensiyang diberikan oleh Allah SWT, oleh karena itu manusia membutuhkan konseling untuk mengembangkan potensi tersebut.
yang kedua adalah nafs. Dalam konsep nafs, bimbingan konseling dibutuhkan untuk (setidaknya) menaikkan nafs satu tingkat lebih tinggi, dari nafs al-ammarah menjadi nafs allawamah, dari nafs al-lawamah menjadi nafs al-mutmainnah dan mempertahankan serta menjaga agar posisi nafs yang sudah berada di atas agar tidak turun ke tingkat di bawahnya. Menjaga nafs alm-mutmainnah agar tidak turun ke nafs al-lawwamah, dan nafs al-lawamah tidak turun kepada nafs al- ammarah.
sumber: kuliah psikologi konseling, kelas A, semester 6, UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, oleh Bambang Suryadi Ph. D
0 komentar:
Posting Komentar