Selasa, 01 April 2014

KARAKTER SEORANG KONSELOR

Setiap manusia pasti mempunyai karakter, setiap profesi harus mempunyai karakter. pada pertemuan kali ini, kami membahas tentang karakter seorang konselor.



pada dasarnya konseler hanyalah manusia biasa sama seperti manusia yang lainnya, namun apa yang membedakan  antara konselor dengan non-konselor???
yang pertama adalah problem solving. as a counselor, must be better for problem solving, coping stress, time management and etc.



lalu yang kedua adalah academic qualification, sebagai konselor harus mempunyai background akademik yang bener-benar berpendidikan profesi konselor, walaupun pada kenyataannya di Indonesia banyak sekali konselor yang tidak punya background pendidikan sebagai konseling.
dan yang ketiga adalah kompetensi, ketrampilan. sebagai konselor harus mempunyai ketrampilan sebagai konselor yang sesungguhnya seperti pedagogik, personal, social dan profesional.

MANUSIA MEMBUTUHKAN KONSELING?

apakah manusia membutuhkan konseling? mengapa manusia memputuhkan koseling?
kedua pertanyaan diatas telah terjawab pada kuliah psikologi konseling pertemuan ke-2 yang dijelaskan oleh dosen pengampu kami Bambang Suryadi Ph. D.


ya manusia memang membutuhkan konseling, simple, karena memang manusia tidak dapat hidup sendirian (makhluk sosial).
mengapa? ada beberapa perspektif yang akan menjawab pertanyaan ini. yang pertama adalah dari perspektof psikologi, bahwasannya manusia itu unik. unik dalam artian antara manusia satu dengan yang lain mempunyai karakter yang berbeda-beda dalam pemecahan masalah, dalam berpikir dan lain-lain. oleh karena itu manusia membutuhkan konseling untuk memecahkan msalahnya dengan cara yang lain, yang orang lain pernah lalui.
alasan selanjutnya adalah aktifitas manusia yang dinamis, selalu berubah-ubah, dan selalu berdatangan. oleh karena itu ketika manusia menghadapi aktifitas yang over dan mendapatkan permasalahan bagaimana cara pemecahannya, maka disitulah manusia membutuhkan konseling.
lalu alasan selanjutnya adalah manusia itu sendiri yang membutuhkan akan bimbingan/konseling. seperti contoh anak usia pubertas yang rawan akan kenakalan remaja, oleh karena itu bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja.

bagaimana perspektif islam menjawab dua pertanyaan diatas, here we go!!
fitrah dan nafs. fitrah berasal dari bahasa arab yang berarti suci, sesuai dengan hadis nabi Muhammad SAW:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua ibu-bapaknyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau seorang Majusi”.
fitrah, artinya manusia dalam usia 4 bulan dikandungan, sudah ditiupkan ruh, dan potensiyang diberikan oleh Allah SWT, oleh karena itu manusia membutuhkan konseling untuk mengembangkan potensi tersebut.
yang kedua adalah nafs. Dalam konsep nafs, bimbingan konseling dibutuhkan untuk (setidaknya) menaikkan nafs satu tingkat lebih tinggi, dari nafs al-ammarah menjadi nafs allawamah, dari nafs al-lawamah menjadi nafs al-mutmainnah dan mempertahankan serta menjaga agar posisi nafs yang sudah berada  di atas agar tidak turun ke tingkat di bawahnya. Menjaga nafs alm-mutmainnah agar tidak turun ke nafs al-lawwamah, dan nafs al-lawamah tidak turun kepada nafs al- ammarah.
sumber: kuliah psikologi konseling, kelas A, semester 6, UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, oleh Bambang Suryadi Ph. D

SEJARAH PSIKOLOGI KONSELING

Menurut Nurgent (1981) perkenbangan profesi konseling di Amerika Serikat melalui enam silsilah yang masing-masing menampilkan persepsi tersendiri terhadap peranan konselor. Babakan itu adalah :

1900 – 1920 : Awal dari konseling sekolah
1920 – 1940 : Pengaruh Pendidikan Progresif terhadap Konseling
1940 – 1960 : Awal dan perkembangan Konseling Psikologi
1960 – 1970 : Usaha Profesionalisasi
1970 – 1980 : Perjuangan terhadap profesionalisasi konselor
1980 keatas  : Perlunya Kesatuan dan Keluwesan Profesional.

Pelayanan konseling di Amerika Serikat dimulai pada abad ke-20. Peranan konselor pada waktu itu ditandai dengan pelayanan bimbingan dan konseling jabatan atau pekerjaan, khususnya berkenaan dengan pemilihan, penyiapan seseorang untuk memasuki jabatan atau pekerjaan tertentu serta permasalahannya yang timbul ketika dan setelah seseorang memasuki jabatan atau pekerjaan tertentu. Bimbingan dan konseling jabatan mewarnai seluruh pelayanan yang dilakukan, termasuk pelayanan di sekolah-sekolah.

Pada tahun 1920-an dan 1930-an pengaruh Jhon Dewey dengan “pendidikan progresifnya” melanda sekolah-sekolah. Progresivisme Dewey ini menekankan peranan sekolah menunjang perkembangan anak dalam segi-segi sosial, moral dan kepribadian, dan tidak semata-mata menangani masalah intelektual. Dalam kaitan ini, para pendidik yang “progresif” tidak menyukai pelayanan konseling yang bersifat vokasional, karena dipandang sebagai kurang melayani individu secara keseluruhan. Kemudian berkembanglah di sekolah-sekolah “ bimbingan pendidikan”. Tujuan utama dari bimbingan ini adalah meningkatkan keterampilan hidup bagi para siswa. Dengan demikian seluruh unsur sekolah harus berperanan sebagai “pendidik kejiwaan”.
Pada tahun 1940-an munculah peranan psikologi humanistik (yang ditokohi oleh Carl Rogers dan kawan-kawan) terhadap pelayanan sosial yang lebih luas. Pada silsilah ini mulai berkembanglah konseling psikologi. Pada tahun 1950-an upaya konseling psikologi itu lebih menemukan bentuknya yang lebih jelas.

B.     PERILAKU KONSELOR
Dalam proses konseling, seorang konselor dituntut untuk dapat menunjukkan perilakunya secara efektif, baik perilaku verbal maupun non verbal. Barbara F. Okun (Sofyan S. Willis, 2004) telah mengidentifikasi beberapa perilaku verbal non verbal konselor yang efektif dan tidak efektif sebagaimana tampak dalam tabel berikut ini:
1.      Perilaku Verbal:
EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF
Menggunakan kata-kata yang dapat dipahami klien
Memberi nasihat
Memberikan refleksi dan penjelasan terhadap pernyataan klien
Terus menerus menggali dan bertanya terutama bertanya “mengapa”
Penafsiran yang baik/sesuai
Bersifat menentramkan klien
Membuat kesimpulan-kesimpulan
Menyalahkan klien
Merespon pesan utama klien
Menilai klien
Memberi dorongan minimal
Membujuk klien
Memanggil klien dengan nama panggilan atau “Anda”
Menceramahi
Memberi informasi sesuai keadaan
Mendesak klien
Menjawab pertanyaan tentang diri konselor
Terlalu banyak berbicara mengenai diri sendiri
Menggunakan humor secara tepat tentang pernyataan klien
Menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti
Penafsiran yang sesuai dengan situasi
Penafsiran yang berlebihan
Sikap merendahkan klien
Sering menuntut/meminta klien
Menyimpang dari topik
Sok intelektual
Analisis yang berlebihan
Selalu mengarahkan klien

2.      Perilaku Non Verbal:
EFEKTIF
TIDAK EFEKTIF
Nada suara disesuaikan dengan klien (tenang, sedang)
Berbicara terlalu cepat atau terlalu pelan>
Memelihara kontak mata yang baik
Duduk menjauh dari klien
Sesekali menganggukkan kepala
Senyum menyeringai /senyum sinis
Wajah yang bersemangat
Menggerakan dahi
Kadang-kadang memberi isyarat tangan
Cemberut
Jarak dengan klin relatif dekat
Marapatkan mulut
Ucapan tidak terlalu cepa/lambat
Menggoyang-goyangkan jari
Duduk agak condong ke arah klien
Menguap
Sentuhan (touch) disesuaikan dengan usia klien dan budaya local
Gerak-gerak isyarat yang mengacaukan
Air muka ramah dan senyum
Menutup mata atau mengantuk
Nada suara tidak menyenangkan
Membuang pandangan

C.     APLIKASI KONSELING
Psikologi konseling mampu mengatasi masalah-masalah client yang mengalami berbagai hambatan perilaku seperti phobia, cemas, gangguan seksual, depresi, gangguan kepribadian serta sejumlah gangguan pada anak (hackmann,1993). Lebih dari itu sebagai sanggahan terhadap kritik-kritik yang ditujukan kepada pendekatan ini, ranchman (1963) dan walpe (1963) menegaskan bahwa psikologi konseling tidak hanya mengatasi symptom yang bersifat permukaan saja, tetapi juga mengatasi masalah-masalah yang mendalam, bahkan dapat mengubah perilaku dalam jangka panjang.
D.    MEMAHAMI MAKNA KONSELING
Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan kita, sekaligus sebagai upaya peningkatan kesehatan mental. Konseling merupakan satu diantara bentuk upaya bantuan secara khusus dirancang untuk mengatasi persoalan-persoalan yang kita hadapi.
Kemajuan konseling ini sejalan dengan kemajuan masyarakat. Pekerjaan dimasyarakat kita sudah terdiferensiasi kearah yang lebih baik. Pekerjaan-pekerjaan yang semula satu jenis, kini mulai terbagi menjadi bagian-bagian yang amat spesifik, misalnya konseling sebagai salah satu hubungan pemberian bantuan yang provesional. Dalam perkembangan terakhir ini kita ketahui bahwa konseling ini begitu sangat pesat baik dari segi risert yang dilakukan maupun teknik-teknik yang dikembangkannya.
Sebagai pekerjaan professional konseling tentu memiliki fungsi dan cara kerja yang khas sesuai dengan bidang keilmuannya. Saat ini konseling merupakan pekerjaan yang sama pentingnya dengan bidang pekerjaan professional yang lain seperti kedokteran, kerja social, kebidanan, dan pendidikan.
Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah penyuluhan, yang secara awam dimaknakan sebagai pemberian penerangan, informasi, atau nasehat kepada pihak lain.
Menurut carl rogers seorang psikolog humanistic terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada pihak klien. Pada intinya rogers dengan tegas menekankan pada perubahan sistim self klien sebagai tujuan konseling akibat dari struktur hubungan konselor dengan kliennya.
Ada 4 hal yang dapat ditkankan dalam pengertian konseling menurut stefflren dan grant yaitu :
1.      Konseling sebagai proses
2.      Konseling sebagai hubungan spesifik
3.      Konseling adalah membantu client
4.      Konseling untuk mencapai tujuan hidup.

E.     KONSELING SEBAGAI HUBUNGAN MEMBANTU
Hubungan membantu (helping relation ship) selalu terjadi dimasyarakat. Hubungan saling membantu itu bersifat alamiah bagi manusia, dan dia menjadi kuat karena adanya hubungan semacam saling membantu. Dilihat dari segi strukturenya, membantu itu dapat dibedakan atas hubungan yang professional dan hubungan bukan professional. Hubungan membantu bersifat professional merupakan hubungan yang dilakukan oleh setidak-tidaknya terdapat seorang tenaga professional yang membantu pihak lain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks profesi yang ditekuninya.
Atas dasar pengertian ini maka hubungan konseling pada dasarnya adalah hubungan membantu yang professional. Beberapa contoh hubungan membantu yang professional diantara : guru dan siswa, dokter dan pasien. Sekalipun sama-sama sebagai hubungan professional, tetapi masing-masing hubungan ini memiliki karakteristik tersendiri, misalnya hubungan guru dan murid adalah berbeda dengan hubungan dokter dan pasien, demikian pula hubungan konseling berbeda dengan pola hubungan yang lain. Kekhususan karakteristik ini terjadi karena adanya kekhususan dalam hal sasaran yang dibantu, metode hubungannya, dan masalah yang dihadapi. Karena itulah sangat jelas bahwa konseling sebagai hubungan membantu memiliki kekhasan hubungan dibandingkan dengan jenis hubungan yang dikembangkan pada profesi lainnya. Oleh karena itu, karakteristik hubungan konseling itu serta beberapa hal yang terkait dengan hubungan konseling.